Jumat, 28 Desember 2012

Kenangan Manis Part 1

Dua tahun bergabung bersama teman-teman BEM KMFT UGM banyak sekali menyisakan kenangan-kenangan manis yang tak akan pernah terlupakan. Pertama kali saya di Yogya dan mulai masuk ke ranah organisasi ya di BEM KMFT UGM. Waktu itu, dengan niat yang kuat saya berazzam harus masuk BEM agar bisa bergaul dengan semua jurusan, bisa belajar mengenal orang lain dan berinteraksi dengan mereka dengan baik. Sampai akhirnya open rekrutmen itu datang dan sayapun mendaftar. Mengikuti segala tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan. Semua begitu menarik. Mulai dari takut-takut dan malu-malu untuk mendaftar sampai tegangnya wawancara.
            Sampai akhirnya saya dinyatakan diterima sebagai salah satu staf PSDM BEM KMFT UGM. Pada saat itu, kepala departemen yang menjabat adalah Mba Wangi. Saat forga pertama, disitulah saya mulai mengenal Mas Aris, Mas Arip Cumi, Mas Yanuar, Mba Oksel, Mba Binar, Mas Iwan, Mas Hatta, Mas faiz, Mas Wisnu yang sampai sekarang tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang disegani dan menjadi teladan. Saya bangga bertemu dan kenal dengan mereka. Hari-hari bersama mba Wangi pun terlewati sampai akhirnya kepengurusan berganti kepada Mas Aris yang begitu lembut. Lembut. Sungguh lembut. Dengan kelembutanya Ia menjadi panutan kami selama satu kepengurusan. Ia begitu telaten dalam merawat kami, menumbuhkembangkan kami, dan mendampingi kami.
            Ada beberapa moment bersama Mas Aris yang saya tidak akan pernah lupa. Yang pertama saat Mas Aris ulang tahun. Pada saat itu, saya dengan Sabila sedang iseng nongkrong di BEM. Kemudian teringat pada waktu itu Mas Aris ulang tahun. WOW BANGET. BARU INGET. Hehe. Pada waktu itu sudah menunjukkan jam lima. Kami bersegera mencari kado dan memutar otak untuk mengerjai Mas Aris. Tak lupa kami meminta Arman untuk mencegah Mas Aris supaya tidak pulang. Dengan nada meyakinkan Arman bilang “tenang, itu mah serahin aja ke aku”.
            Kami memulai mengerjai Mas Aris dengan celetukan-celetukan protes selama Ia menjadi kadep. Mulai kita tidak pernah di sms ketika forga bersama 2011 lah, Mas Aris yang terlalu tertutup lah, suka kerja sendiri. Begitu seterusnya sindirian-sindiran pedas kami lontarkan. Kami pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari Sekretariat BEM. Diluar masih ada Mas Gilang, Mas Bayu, dan Mas Aris. Kami pamit dengan Mas Bayu dan Mas Gilang. Namun sengaja tidak pamit kepada Mas Aris untuk menunjukkan protes kita kepadanya. Saya kayaknya memang berbakat bikin orang kesel deh. Hahaha
            Saya bersama sabila pun meluncur ke Gramedia untuk mencari sebuah buku. Soalnya Mas Aris itu emang doyan banget baca buku. Hehe. Pilih pilih. Daaaaan, dapatlah sebuah buku yang tersandar indah di rak bagian Keagamaan. Tentang PERNIKAHAN. Hahahaha
            Hari mulai petang, kamipun sholat Maghrib di Masjid Mardliyah. Waktu itu sudah menujukkan pukul setengah tujuh ketika kami selesai sholat. Sayapun tak lupa menghubungi Arman untuk memastikan apakah Mas Aris masih di Teknik atau enggak. Dia bilang masih. Katanya masih di Mushtek (Mushola Teknik) habis sholat Maghrib. Dan kami pun bergegas kembali Teknik. Ternyata tidak sesuai rencana, saat kami kembali ke Sekretariat BEM, si Arman bilang mas Arisnya gak tau dimana. Tadi katanya masih di Mushtek terus tiba-tiba menghilang. Padahal Ia tidak membawa motor. Kontrakanya pun sangat jauh. Hampir tidak mungkin kalau Ia pulang sendiri JALAN KAKI. Demi apah. Hehe
            Akhirnya pencarian kamipun kembali mencari ke Mushtek. Tidak ada. Berinisiasi ke JTMI siapa tahu masih mengerjakan tugas di jurusan. Kami keliling JTMI dari ke lobi, tangga, ruang utama, mushola, sampai WC. Nothing. Terus kemana?
            Sampai di Sekre lagi, kami diceritakan kalau tadi siang nasib Mas Aris sungguh malang dan sangat memprihatinkan. Saat akan pulang bersama Dio. Ia di PHP-in sama Dio untuk pulang bareng. Tapi ternyata si Dio dengan sengaja meninggalkan Mas Aris di Sekre. Kemudian saat Mas Irfan akan pulang pun, saat Mas Aris akan naik motornya, eh tiba-tiba motornya jalan duluan dan Mas Aris pun ditinggalkan lagi. Duh mas, sedih dengernya. Oh iya Mas Irfan dan Dio adalah teman satu kontrakan Mas Aris. Berarti kemungkinan terbesar Mas Aris mampir ke kosan temen kemudian minta diantarkan ke kontrakan.
            Perlahan saya keluarkan HP untuk menghubungi mas Aris, ternyata tidak aktif. Kami cari-cari lagi di sekitar Teknik. Kembali lagi ke Mushtek. Tidak ada. Ke jurusan. Juga tidak ada. Ke Arsitektur juga tidak ada. Ke KPFT. Nope. Pencarian itu kami lakukan sampai kira-kira pukul 8 malam. Akhirnya dengan sangat menyesal, kami tuliskan sepucuk surat untuk Mas Aris yang berisi permintaan maaf karena telah mengerjainya. Sepertinya memang raut muka jutek saat pergi tadi benar-benar membuat Mas Aris tidak nyaman. Karena pada kenyataanya Mas Aris adalah tipe perasa. Pokoknya lembut banget deh. Tapi sangat mengayomi. Keeren lah pokoknya.
            Sepucuk surat itu selain berisi permintaan maaf juga harapan dan do’a atas berkurangnya umur. Kami selipkan bersama kado yang tadi kami beli dan kami titipkan kepada Arman untuk diberikan kepada Mas Aris. Ya ampun, nyesel del ngerjain mas Aris waktu itu. Hehehehe

Tapi bagi kami, Mas Aris tetep jadi kadept terbaik. Ia rela mondar mandir ngurus proposal sedangkan kami sedang asik berlibur di kampung masing-masing. Ia rela tidak ikut euforia kepanitiaan PPSMB hanya untuk sekedar fokus ke PSDM. Hanya Ia yang bersedia meluangkan waktunya untuk membuat penilaian langsung. per individu. Detail.  Dikirim ke email masing-masing dengan harapan masing-masing anggota dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Parameter penilainya juga jelas. Mulai dari kepemimpinan, keaktifan, kedisiplinan, dsb Ia nilai satu satu dengan cermat. 

Satu hal lagi yang membuat saya begitu respek adalah kegigihannya dalam meng-upgrade anggota-anggota PSDM. Mulai dari penugasan membaca, saling diskusi, kunjungan ke PSDM Fakultas lain, mengundang pemateri saat forgaaa, mengadakan sikrab yang luar biasa sama Mas Cumi ke vredeberg. 

Sampai-sampai karena begitu semangatnya meng-upgrade, dulu ketika di Sekre mas Aris habis beli buku baru. Saya penasaran dengan isi bukunya. Buku tersebut berjudul Kenapa PSDM di Benci?. Karena saya begitu antusias ingin tahu, Mas Aris bilang "Ya udah bukunya buat kamu aja, tapi ada syaratnya, abis kamu baca buku ini kamu harus share juga sama temen-temen yang lain" katanya. Dan itu WOW. Bahkan buku itu belum keluar dari plastiknya. Belum Ia baca sama sekali. 
 

Mas Arissss, Makasiiih :) 
Semoga mas dapat lebih menebar manfaat di tempat yang lain :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Tak Butuh Teman

Assalamu'alaikum guys! Apa kabar kamu? iya, kamu :) #apasihDan :p Hari ini hari jumat kan ya, mumpung lagi selow dan ada ide buat nul...