Selasa, 28 Agustus 2012

Perempuan di Balik Pintu

Suatu waktu, terdengar suara memanggil-mangil namaku dari luar kamar kos. Tapi ini beda. Suaranya terdengar tak lantang, apalagi jelas. Justru yang terdengar suara serak akibat tangisan tertahan. Sebelum aku menyahut, pintu itu sudah terbuka sepertiganya. Deg. Kaget pasti. Terlihat seorang perempuan dengan muka sembab, tangan kananya membawa selembar tisyu yang sudah basah akibat airmatanya. Suaranya masih serak dan berat ketika memanggil namaku. Tanpa disuruh Ia masuk dan langsung duduk diatas tempat tidurku. Aku pun mengikutinya sambil duduk di karpet tepat didepanya. Aku pegang tanganya. Dingin. Tangisanya belum juga berhenti. 

Akupun belum berani mengajukan sebuah pertanyaan walaupun di dalam hati kata "kenapa?" sudah memenuhi ruang yang tersedia. Ketika seorang perempuan menangis, ada dua kemungkinan, yang pertama jelas karena sedih, yang kedua karena terharu. Tapi kadang-kadang tidak bisa dibedakan. Walaupun hatiku telah bergemuruh menebak-nebak semua kemungkinan, namun belum satu katapun terlontar dari mulutku. Menunggu Ia behenti menangis hingga bisa ditanyakan apa yang terjadi. Yang bisa kulakukan hanya memegang tanganya sambil menenangkan.

Beberapa menit kemudian..
"Aku bener-bener gak nyangka dan..", itu kalimat pertama Ia ucapkan ketika aku tanya kenapa?. Pelan-pelan Ia mulai menyeka airmatanya dengan tisyu yang sudah basah. Tanpa diminta aku langsung menyodorkorkan tisu baru yang ada di meja. Raut mukanya tidak menunjukkan beban, tapi kenapa menangis?, tanyaku dalam hati.

"beberapa hari yang lalu, aku liat episode wisata hatinya ust. Yusuf Mansyur yang temanya Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.." Akhirnya Ia mulai membuka cerita. Aku mendengarkan dengan seksama. Seperti yang aku ketahui bahwa Ia adalah penggemar berat ust. Yusuf Mansyur. Setiap jam 05.00 pagi setelah shalat subuh dan tilawah, Ia selalu menyempatkan untuk melihat acara tersebut. Setiap hari. Semuanya yang telah Ia lihat, Ia dengar dari ust. tersebut berusaha diamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Aku sedikit tahu tentang tema itu, kurang lebih maksudnya adalah ketika kita punya suatu keinginan atau masalah, jangan ngomong dulu ke orang lain, tapi Allah dulu. Kemudian baru ikhtiar. Kalau dalam ikhtiar tersebut bertemu "bimbang", tanya Allah lagi. Jika sudah ikhtiar. Lapor ke Allah juga lewat shalat-shalat wajib atau sunnah. Dan Ia sudah mempraktekkan teori tersebut. Itulah yang membuat Ia mengangis sesenggukan seperti itu. Aku baru tahu.

"Jadi kemaren kan aku cuma punya uang 300 lebih dan.." Ia mulai melanjutkan cerita. "dan seperti kamu tau sendiri kemaren bu Ina butuh uang dan aku pinjemin ke dia 300 ribunya itu. Sudah beberapa hari ini belum dibalikin, padahal uang itu buat beli tiket pulang nanti siang.." Ia bertutur panjang lebar. Akupun hanya mendengarkan sambil "oooh", "terus?", "kok gitu?", "iya".

"Tapi aku gak masalah uang itu ada di bu Ina. Aku gak mau nagih langsung soalnya aku tau sendiri bu Ina juga butuh banget uang itu. Terus aku bilang sama Allah, seperti apa yang dibilang ust Yusuf mansyur kalo ada masalah bilangnya ke Allah dulu. Padahal kemaren-kemaren aku mau bilang ke kamu, dan mau pinjem uang. Tapi aku gak jadi cerita dan cuma berdo'a setiap selesai shalat. Aku sengaja gak bilang ke siapa-siapa sampai beberapa jam sebelum aku pergi beli tiket. Bayangkan, aku mau beli tiket ntar siang, tapi sampai sekarang aku gak pegang uang sama sekali. Eeeh dan, tiba-tiba ada sms masuk dari kakak aku barusan..." Ia melanjutkan sambil sesekali mengusap air mata dengan tisyunya. Kakak adalah panggilan  sayang nya buat suaminya. Dia adalah pengantin baru yang terpaksa tidak bersama suaminya karena masih harus melanjutkan S2 nya di jogja. Ia adalah orang yang selalu mengkoordinir teman-teman kos untuk kegiatan baksi sosial. Dan teman-teman satu kosku sangat menyukainya.

"sms itu berisi katanya kakak udah ngirim uang buat aku beli baju lebaran, katanya sekalian titip flashdisk. Padahal aku tau kakak masih punya tanggungan banyak..." Uang itu bernilai sejumlah uang yang Ia butuhkan untuk beli tiket. Tidak kurang, tidak lebih.

"Subhanallah daan. Aku gak nyangka banget. Allah maha mendengar hambaNya. Tau gak, dari tadi aku nyuci sambil nangis gak berenti-berenti. Ternyata benar, jangan bilang dulu ke manusia, bilang dulu ke Allah. Nanti akan di kasih sama Allah apa yang kita butuhin. Aku udah nahan-nahan gak pinjem ke kamu, ternyata kalo kita sabar bakal di kasih juga sama Allah tanpa kita minta-minta sama manusia. Allah yang datang sendiri ke kita daan.." aku pun merinding setelah mendengar cerita itu.

Masya Allah, ternyata teori Allah dulu, Allah lagi, Allah terus benar adanya. Ternyata Ustadz pun juga telah membuktikanya.

Wallahu a'lam. Cerita ini benar adanya. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami. Tidak ada yang kebetulan didunia ini. Semuanya telah tertuliskan.



Aku Tak Butuh Teman

Assalamu'alaikum guys! Apa kabar kamu? iya, kamu :) #apasihDan :p Hari ini hari jumat kan ya, mumpung lagi selow dan ada ide buat nul...