Minggu, 02 Februari 2014

Pesona Bajo, Halmahera Selatan


Bajo, suatu daerah yang terletak di pulau terpencil di Halmahera Selatan.  Beranjak dari niat-niat tulus untuk dapat mengabdi dan sedikit berbagi ilmu dengan masyarakat yang nan jauh disana. Niat besar ini tertumpahkan sudah ketika melihat suatu daratan terpencil dan susah dijangkau. Bajo sangkuang.

Perjalanan kami terhitung satu minggu perjalanan. Jalur darat, laut, dan udara telah dilalui. Berjam-jam menunggu pesawat hingga menginap di bandara. Berjam-jam pula menunggu kapal untuk segera beranjak dari pelabulan. Serta nuansa kekeluargaan yang didapat dari lamanya perjalanan darat, membuat kami menjadi keluarga dadakan yang mau tidak mau harus mengerti satu sama lain.


Morotai, Maluku utara. Sebelum perjalanan menuju ke Ternate

Perlahan armada terakhir mengantarkan kami di tempat tujuan. Dengan satu buat speedboad dari pemda, hanya butuh 15 menit untuk dapat sampai di desa yang ditunggu-tunggu dari Pelabuhan Labuha, Pulau Bacan. Perlahan kapal tersebut menepi memperlihatkan sederetan rumah-rumah yang memanjang diatas laut mengikuti pola garis pantai. Indah. Menakjubkan. Bersatu dengan alam. Itu yang kami fikirkan. Sangat berbeda dengan tempat kami berasal. Disini, jalan rayapun tidak ada apalagi gedung-gedung bertingkat.

Akhirnya kami menginjakkan kaki di Deja Bajo, kepulauan Botang Lomang Halmahera Selatan. Sambutan hangat dari warga terlihat jelas di guratan wajah. Senyum lembut dan hangat menyambut kami dari jauh. Itulah calon teman-teman baru kami yang akan membersamai selama 2 bulan kedepan.

Perlahan kami mulai mengenal kebiasaan masyarakat Bajo. Salah satunya adalah Dusun Torosubang. Dusun Torosubang terletak di sebelah timur Desa Bajo yang dihubungkan dengan jembatan papan. Jembatan papan panjangnya kurang lebih 200 meter. Adik-adik nakal dan menggemaskan sudah menjadi makanan kami sehari-hari. Nakal, liar, jiwa penasaran yang dipupuk dari kecil membuat mereka berkembang menjadi anak yang cerdas secara alami.
Ikan. Ya ikan. Adalah menu favorit yang wajib ada setiap harinya. Bagaimanan tidak? Hidup mereka berdampingan dengan laut. Dibawah tempat tidurpun adalah laut. Mau tidak mau, mereka harus bersahabat dengan laut dengan segala kekayaanya.

 

Jembatan papan yang menghubungkan Bajo dan Torosubang


Ketika pagi menjelang, satu persatu kapal mulai kembali ke rumah. Namun, ada juga kapal-kapal penumpang yang siap mengantarkan penumpang ke Labuha hanya untuk sekedar membeli keperluan rumah tangga.


Kapal-kapal penumpang yang siap mengantarkan warga ke pasar Labuha

Tidak ada motor, tidak ada sepeda, tidak ada mobil, apalagi bus dan truk. Semua transportasi adalah kapal. Ya kapal. Karena mereka memang berteman dengan laut. Laut yang menghampar luas, yang setiap hari dilihat ketika membuka jendela.
Dusun Torosubang berbeda dengan Bajo, walaupun terletak didalam satu Desa. Dusun Torosubang sebagian masyarakatnya terdiri dari suku makean sedangkan Bajo adalah murni dari Suku Bajo walaupun tidak semuanya berasal dari Suku Bajo. Ada yang dari Bugis, Jawa dan lain sebagainya.

Ketika Ramadhan tiba, terlihat jelas perbedaan tingkah laku masyarakat. Dari yang awalnya tidak ada jamaah di masjid, ketika ramadhan tiba menjadi banyak. Berbagai acara adatpun dilakukan. Seperti acara soan. Soan adalah acara memperingati anak-anak yang baru bisa berpuasa ramadhan satu bulan penuh. Acaranya dilaksanakan sebelum menjelang buka puasa. Jajanan-jajanan di gantung didepan rumah di tandan-tandan pisang. Ketika maghrib menjelang, anak-anak dan warga berebut dan merampas jajanan-jajanan tersebut. Adat ini dilakukan agar anak-anak lain yang belum bisa berpuasa satu bulan penuh dapat termotovasi untuk segera berpuasa satu bulan penuh. Sungguh makna yang luar biasa.

Sampai ketemu lagi, Bajo.

Aku Tak Butuh Teman

Assalamu'alaikum guys! Apa kabar kamu? iya, kamu :) #apasihDan :p Hari ini hari jumat kan ya, mumpung lagi selow dan ada ide buat nul...