Dua tahun bergabung bersama teman-teman BEM KMFT UGM
banyak sekali menyisakan kenangan-kenangan manis yang tak akan pernah
terlupakan. Pertama kali saya di Yogya dan mulai masuk ke ranah organisasi ya
di BEM KMFT UGM. Waktu itu, dengan niat yang kuat saya berazzam harus masuk BEM
agar bisa bergaul dengan semua jurusan, bisa
belajar mengenal orang lain dan berinteraksi dengan mereka dengan baik. Sampai
akhirnya open rekrutmen itu datang dan sayapun mendaftar. Mengikuti segala
tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan. Semua begitu menarik. Mulai dari
takut-takut dan malu-malu untuk mendaftar sampai tegangnya wawancara.
Sampai
akhirnya saya dinyatakan diterima sebagai salah satu staf PSDM BEM KMFT UGM.
Pada saat itu, kepala departemen yang menjabat adalah Mba Wangi. Saat forga
pertama, disitulah saya mulai mengenal Mas Aris, Mas Arip Cumi, Mas Yanuar, Mba
Oksel, Mba Binar, Mas Iwan, Mas Hatta, Mas faiz, Mas Wisnu yang sampai sekarang
tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang disegani dan menjadi teladan. Saya bangga
bertemu dan kenal dengan mereka. Hari-hari bersama mba Wangi pun terlewati
sampai akhirnya kepengurusan berganti kepada Mas Aris yang begitu lembut.
Lembut. Sungguh lembut. Dengan kelembutanya Ia menjadi panutan kami selama satu
kepengurusan. Ia begitu telaten dalam merawat kami, menumbuhkembangkan kami,
dan mendampingi kami.
Ada
beberapa moment bersama Mas Aris yang saya tidak akan pernah lupa. Yang pertama
saat Mas Aris ulang tahun. Pada saat itu, saya dengan Sabila sedang iseng
nongkrong di BEM. Kemudian teringat pada waktu itu Mas Aris ulang tahun. WOW BANGET.
BARU INGET. Hehe. Pada waktu itu sudah menunjukkan jam lima. Kami bersegera
mencari kado dan memutar otak untuk mengerjai Mas Aris. Tak lupa kami meminta
Arman untuk mencegah Mas Aris supaya tidak pulang. Dengan nada meyakinkan Arman
bilang “tenang, itu mah serahin aja ke
aku”.
Kami
memulai mengerjai Mas Aris dengan celetukan-celetukan protes selama Ia menjadi
kadep. Mulai kita tidak pernah di sms ketika forga bersama 2011 lah, Mas Aris
yang terlalu tertutup lah, suka kerja sendiri. Begitu seterusnya
sindirian-sindiran pedas kami lontarkan. Kami pun akhirnya memutuskan untuk
pergi dari Sekretariat BEM. Diluar masih ada Mas Gilang, Mas Bayu, dan Mas
Aris. Kami pamit dengan Mas Bayu dan Mas Gilang. Namun sengaja tidak pamit
kepada Mas Aris untuk menunjukkan protes kita kepadanya. Saya kayaknya memang
berbakat bikin orang kesel deh. Hahaha
Saya
bersama sabila pun meluncur ke Gramedia untuk mencari sebuah buku. Soalnya Mas
Aris itu emang doyan banget baca buku. Hehe. Pilih pilih. Daaaaan, dapatlah
sebuah buku yang tersandar indah di rak bagian Keagamaan. Tentang PERNIKAHAN.
Hahahaha
Hari
mulai petang, kamipun sholat Maghrib di Masjid Mardliyah. Waktu itu sudah
menujukkan pukul setengah tujuh ketika kami selesai sholat. Sayapun tak lupa
menghubungi Arman untuk memastikan apakah Mas Aris masih di Teknik atau enggak.
Dia bilang masih. Katanya masih di Mushtek (Mushola Teknik) habis sholat
Maghrib. Dan kami pun bergegas kembali Teknik. Ternyata tidak sesuai rencana,
saat kami kembali ke Sekretariat BEM, si Arman bilang mas Arisnya gak tau
dimana. Tadi katanya masih di Mushtek terus tiba-tiba menghilang. Padahal Ia
tidak membawa motor. Kontrakanya pun sangat jauh. Hampir tidak mungkin kalau Ia
pulang sendiri JALAN KAKI. Demi apah. Hehe
Akhirnya
pencarian kamipun kembali mencari ke Mushtek. Tidak ada. Berinisiasi ke JTMI
siapa tahu masih mengerjakan tugas di jurusan. Kami keliling JTMI dari ke lobi,
tangga, ruang utama, mushola, sampai WC. Nothing. Terus kemana?
Sampai
di Sekre lagi, kami diceritakan kalau tadi siang nasib Mas Aris sungguh malang
dan sangat memprihatinkan. Saat akan pulang bersama Dio. Ia di PHP-in sama Dio
untuk pulang bareng. Tapi ternyata si Dio dengan sengaja meninggalkan Mas Aris
di Sekre. Kemudian saat Mas Irfan akan pulang pun, saat Mas Aris akan naik
motornya, eh tiba-tiba motornya jalan duluan dan Mas Aris pun ditinggalkan
lagi. Duh mas, sedih dengernya. Oh iya Mas Irfan dan Dio adalah teman satu
kontrakan Mas Aris. Berarti kemungkinan terbesar Mas Aris mampir ke kosan temen
kemudian minta diantarkan ke kontrakan.
Perlahan
saya keluarkan HP untuk menghubungi mas Aris, ternyata tidak aktif. Kami
cari-cari lagi di sekitar Teknik. Kembali lagi ke Mushtek. Tidak ada. Ke
jurusan. Juga tidak ada. Ke Arsitektur juga tidak ada. Ke KPFT. Nope. Pencarian
itu kami lakukan sampai kira-kira pukul 8 malam. Akhirnya dengan sangat
menyesal, kami tuliskan sepucuk surat untuk Mas Aris yang berisi permintaan
maaf karena telah mengerjainya. Sepertinya memang raut muka jutek saat pergi
tadi benar-benar membuat Mas Aris tidak nyaman. Karena pada kenyataanya Mas
Aris adalah tipe perasa. Pokoknya lembut banget deh. Tapi sangat mengayomi. Keeren
lah pokoknya.
Sepucuk
surat itu selain berisi permintaan maaf juga harapan dan do’a atas berkurangnya
umur. Kami selipkan bersama kado yang tadi kami beli dan kami titipkan kepada
Arman untuk diberikan kepada Mas Aris. Ya ampun, nyesel del ngerjain mas Aris
waktu itu. Hehehehe
Tapi bagi kami, Mas Aris tetep jadi kadept terbaik. Ia rela mondar mandir ngurus proposal sedangkan kami sedang asik berlibur di kampung masing-masing. Ia rela tidak ikut euforia kepanitiaan PPSMB hanya untuk sekedar fokus ke PSDM. Hanya Ia yang bersedia meluangkan waktunya untuk membuat penilaian langsung. per individu. Detail. Dikirim ke email masing-masing dengan harapan masing-masing anggota dapat mengevaluasi dirinya sendiri. Parameter penilainya juga jelas. Mulai dari kepemimpinan, keaktifan, kedisiplinan, dsb Ia nilai satu satu dengan cermat.
Satu hal lagi yang membuat saya begitu respek adalah kegigihannya dalam meng-upgrade anggota-anggota PSDM. Mulai dari penugasan membaca, saling diskusi, kunjungan ke PSDM Fakultas lain, mengundang pemateri saat forgaaa, mengadakan sikrab yang luar biasa sama Mas Cumi ke vredeberg.
Sampai-sampai karena begitu semangatnya meng-upgrade, dulu ketika di Sekre mas Aris habis beli buku baru. Saya penasaran dengan isi bukunya. Buku tersebut berjudul Kenapa PSDM di Benci?. Karena saya begitu antusias ingin tahu, Mas Aris bilang "Ya udah bukunya buat kamu aja, tapi ada syaratnya, abis kamu baca buku ini kamu harus share juga sama temen-temen yang lain" katanya. Dan itu WOW. Bahkan buku itu belum keluar dari plastiknya. Belum Ia baca sama sekali.
Mas Arissss, Makasiiih :)
Semoga mas dapat lebih menebar manfaat di tempat yang lain :)